Kamis, 24 Desember 2009

Pengebom Yang Bikin Aib

Sajidah

Rabu 9/11 malam adalah saat yg paling menenggangkan dlm hidup sajidah Mubarak Atrus al-Rishawi. Bersama suaminya, Ali Hussain al-Shammari, keduanya berusia 35 th, dia memasuki hotel Radisson SAS di Kota Amman, Yordania.

Misi mereka melakukan aksi balas dendam terhadap kematian ketiga kakak Sajidah, termasuk Samir Mubarak al-Rishawi, di Kota Fallujah, Irak, th lalu. Samir diduga sebagai pemimpin Al- Qaidah di propinsi Al-Anbar dan sebagai tangan kanan Abu Musab al-Zarqawi. Nahas Sajidah ditangkap setelah gagal mengikuti jejak suaminya yang berhasil meledakkan diri di tengah keramaian sebuah pesta pernikahan.

Terlalu sederhana untuk menyatakan balas dendam sebagai motif Sajidah. Dia sama sekali tidak mengetahui cara memakai dan meledakkan bom yang dililitkan badannya. Bahkan dia gagal melaksanakan aksinya. Dia hanya dimanfaatkan suaminya, juga warga Irak, yg terkait dgn gerilyawan Al-Zarqawi. "Suami saya yg mengatur segalanya, saya tidak tahu apa-apa," kata sajida dlm pengakuannya yg disiarkan melalui televisi Yordania, pada minggu(13/11).

Dia menceritakan, bersama suaminya dia pergi ke Amman melalui pintu Al-Karamah pada 5 November. Keduanya pergi dgn menyewa mobil berwarna putih bersama sopir dan seorang penumpang lainnya. Pasangan ini menggunakan paspor palsu dgn nama Ali Hussain Ali dan Sajidah Abdul Qadir Latif. Mereka menyewa sebuah apartemen di kawasa Talla Ali, Amman, jaraknya dari sasaran sepuluh menit berkendaraan.

Sajidah berasal dari Ramadi, kota mayoritas Sunni yg sejak invasi terkenal dgn perlawanannya terhadap pendudukan Amerika Serikat. Dia berasal dari klan Shammar. Seorang tetangganya menggambarkan Sajidah sebagai seorang wanita sederhana, tanpa pendidikan atau ideologi politik tertentu.

Dia juga memiliki saudara perempuan yang menikah dgn seorang ahli bom asal Yordania, Nidal Muhammad Aribiyat. Iparnya juga tewas dlm pertempuran dgn pasuka Amerika di Irak. Aribiyat menjadi ahli bahan peledak setelah kembali dari Afganistan pada 1999. Dia bergabung dgn kelompok Al-Zarqawi di Irak pada 2003.

Setelah semuanya berakhir, kelihatannya Sajidah akan menjadi sebatang kara. Keluarganya sangat marah terhadap tindakan yg di lakukan Sajidah dan tidak mau lagi mengakuinya. Mereka menganggap Sajidah telah melanggar kode etik suhu Shammar. "Kami mengaharapkan dia mati dan kami tidak ingin melihat dia lagi. Dia telah membuat aib keluarga," kata seorang keluarga tg tidak mau menyebutkan identitasnya.

Tampaknya pengebom wanita akan marak di masa mendatang. Keuntungannya, wanita tidak memiliki sosok sebagai pengebom sehingga sulit dideteksi. Selain itu jika aksinya berhasil, akan lebih mendapat sosotan media dan ini berguna bagi Propaganda kelompoknya. "menggunakan wanita dalam serangan bunuh diri melampaui apa yg bisa diterima masyarakat Arab," kata Magnus Ranstop, ahli terorisme dari the Swedish National Defense College.

Fenomena pengebom bunuh diri wanita memang bukan hal baru. Kelompok Macan Tamil Eelam pernah memakai seorang wanita untuk membunuh mantan perdana mentri India Rajiv Gandi pada 1991. Jadi sangat hilang waspada, pun terhadap seorang wanita. di balik lenggoknya, siapa tahu, blaar...

*ARABICNEWS | AKI | GLOBEANDMAIL.COM | FAISAL

Korantempo

Sabtu, 19 November 2005